Opini  

Malaikat Nyata di Dunia Tanpa Pamrih

admin

Banyuwangi || Transisinews –  Ibu dan ayah kalian adalah malaikat nyata yang diberikan Tuhan kepada kami sebagai anak. Perjuangan kalian yang tidak pernah terlupakan dalam bait kata setiap doa selalu menyertai langkah anak – anakmu.

Ibu, adalah sesosok perempuan yang hebat. Ia menanggung tanggung jawab mulai dari janin yang ada dalam perutnya selama 9 bulan lalu lahir dan hingga tumbuh dewasa.

Apapun ibu lakukan hanya untuk membahagiakan dan melihat tumbuh kembang anaknya. Meski nyawa dan andaipun harga diri yang menjadi taruhannya, ibu tidak berfikir dua kali untuk mengambil resiko itu hanya untuk anaknya.

Selain ibu, ada sesosok nama ayah yang tidak lepas dari tanggung jawab dalam sebuah keluarga kecil yaitu perempuan sebagai isterinya dan juga anak – anaknya.

Ayah juga sangat berperan besar dalam tumbuh kembang seorang anak. Ayah bagian terkokoh dalam sebuah keutuhan dan keberlanjutan keluarga utamanya seorang anak.

Ayah, tidak pernah takut menghadapi kriminal di jalanan. Ia memiliki prinsip, anak ku harus bahagia biar bisa seperti teman yang lainnya. Bisa sekolah, bisa makan yang layak, bisa berguna buat banyak orang. Biarkan saya yang yang sakit mencari nafkah untuk anak dan isteri ku di rumah.

Ayah berpesan pada anak, nak seburuk dan sehina apapun pekerjaan ayahmu, ini semua buat kamu, buat masadepan mu yang lebih layak. Biar kamu tidak seperti bapak yang tidak mengenyam pendidikan tinggi lalu cari pekerjaan sulit. Sejahat dan sehina apapun orang tua, pasti mereka tidak menginginkan anak nya terjerumus di kegelapan.

Nak, ayah ibu tidak meminta apa – apa saat kamu sukses nanti. Cukup kamu senang dan bahagia itu adalah salah satu tujuan kita sebagai orang tua mu. Jadilah anak yang bisa berguna buat banyak orang. Hargai semua orang dari profesi, kasta kaya atau miskin. Ingat kita dari kalangan orang tidak punya, jadi tahu bagaimana rasanya dibawah.

Anak tanpa sadar meneteskan air matanya dan berfikir begitu besar dan mulia tujuan orang tua. Dengan melihat raut wajah ke dua orang tua yang mulai kusut karena menua, melihat tenaga yang sudah rapuh tidak seperti dulu kala.

Anak menangis dan berfikir keras, apakah saya sebagai anak bisa membahagiakan ke dua orang tua saya. Selama mereka sehat dan diri ini masih bisa bekerja?. Anak terus bekerja keras untuk bisa terlihat sukses dan mampu dihadapan ke dua orang tuanya. Hal tersebut semata mata hanya ingin melihat orang tuanya bangga dan bahagia.

Sebagai anak, jangan menyia nyiakan orang tua apalagi mereka masih hidup. Jangan menyesal saat kita sudah kehilangan mereka. Menangis lah jika perlu, peluk, cium orang tua kalian selagi mereka hidup.

Pesan dari orang tua, seburuk dan sehina apapun pekerjaan orang tua kita, tetap bangga dan cintailah mereka. Rasa sakit hati yang pernah kita terima dari apa yang sudah dilakukan ke dua orang tua kita, itu semua tidak lain hanya untuk kebaikan kita ke depan.

Penulis : Veri Kurniawan S.ST

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *