Banyuwangi || Transisinews – Pasukan musiman ” jubah abu – abu ” dengan kuda hitamnya ” akhir – akhir ini bermunculan di negeri dongeng. Tak hanya itu, pasukan penyair dadakan pun turut menghiasi dunia maya yang tak lain untuk kepentingan syahwatnya.
Pasukan jubah abu – abu dengan menunggangi kuda hitamnya terus lantang ingin melawan rezim kerajaan negeri dongeng dan pasukan penyair pun tak luput ikut – ikutan mengeluarkan syair berdarah agar turut mendapat panggung dan perhatian untuk mendapatkan kepingan emas dari ibu permaisuri yang cantik nan rupawan dan jajaran.
Alih – alih mendukung patih dalam menegakan aturan dan tatanan kerajaan negeri dongeng lebih baik lagi, para pasukan berjubah abu – abu dan penyair pun menyuguhkan dialektika seolah menyuguhkan hal yang luar biasa.
Dialektika dalam KBBI dengan sumber link https: //kbbi.web.id/dialektika.html memiliki arti di·a·lek·ti·ka /dialéktika/ n 1 hal berbahasa dan bernalar dengan dialog sebagai cara untuk menyelidiki suatu masalah
Ambu, ada apa negeri dongeng akhir – akhir ini banyak orang yang menobatkan dirinya sebagai pendekar dengan banyak pasukan, tanya kang Basir pada Ambu Ponijan.
Ambu Ponijan pun menjawab, kita harus paham atu Basir. Penduduk negeri dongeng ini banyak yang ” latah ” atau suka ikut – ikutan. Pendekar berjubah abu – abu dan penyair berdarah pun muncul satu tahun dua kali.
Basir pun kembali bertanya, Ambu Ponijan apa yang mereka harapkan mereka melakukan ini semua?
Ambu Ponijan pun menjawab sambil menyeduh kopi di gubuk sederhana tengah sawah. Mereka melirik dan ingin kebagian ” emas” yang dimiliki negeri dongeng yang kini dipimpin ibu permaisuri untuk pembangunan negeri dongeng. Selain itu, suasana politik di negeri dongeng juga masih terasa kental dalam pergerakan pasukan jubah abu – abu dan penyair berdarah.
Lalu apakah mereka benar – benar pendekar Ambu? Dan bagaimana dengan patih dalam kerajaan?
Ambu pun menjawab dengan tertawa, ha ha ha, ya kalau mereka benar – benar pendekar ya harus ada bukti nyata kalau mereka bisa mengalahkan dan melumpuhkan yang menurut mereka jahat. Tapi selama ini pendekar – pendekar itu menang dalam persilatan lidah saja. Untuk Patih, kita tetap yakin bahwa mereka objektif dalam tindakan dan tidak bisa diintervensi pihak manapun. (tim)
Veri Kurniawan ( FOSKAPDA )