Nyadran Unik Tebar Dawet Di Makam Mbah Buyut Kloyong Desa Sranak

terasbjn
Screenshot 20230806 100241

Bojonegoro || TRANSISINEWS – Nyadran adalah serangkaian upacara yang dilakukan oleh masyarakat Jawa, terutama Jawa Timur, Nyadran berasal dari bahasa Sanskerta, sraddha yang artinya keyakinan. Nyadran adalah tradisi pembersihan makam oleh masyarakat Jawa, umumnya di pedesaan.

Dalam bahasa Jawa, Nyadran berasal dari kata sadran yang artiya ruwah syakban. Nyadran adalah suatu rangkaian budaya yang berupa pembersihan makam leluhur, tabur bunga, dan puncaknya berupa kenduri selamatan di makam leluhur.

Hal ini sampai sekarang masih dilaksanakannnya budaya Nyadran oleh warga masyarakat Desa Sranak Kecamatan Trucuk, untuk mengirim doa kepada leluhur yang telah meninggal terdahulu dan demi tetap melestarikan kebudayaan Jawa jangan sampai punah.

IMG_20230806_091122

Uniknya Nyadran Di Makam Mbah Kloyong Desa Sranak ini adalah Sirat (Tebar, Red) dawet yang di lakukan oleh Kepala Desa dan di ikuti oleh Masyarakat yang Hadir.

Menurut Mbah Jum salah satu warga Desa Sranak mengatakan bahwasannya kegiatan Sedekah bumi di Mbah Buyut Kloyong ini merupakan Tradisi tahunan yang rutin di laksanakan oleh Masyarakat.

“Kegiatan Sedekah bumi di mbah Buyut Kloyong ini rutin dilaksanakan setiap tahun sekali, yang menjadi unik dalam tradisi sedekah Bumi ini adanya sawur (Tebar Dawet) yang dilakukan Oleh Kepala Desa yang kemudian di Ikuti oleh Warga Masyarakat, Ujarnya.

Ditempat yang sama Asmadi Usman Selaku Kepala Desa Sranak Mengatakan Bahwasannya setiap Sedekah Bumi di Makam Mbah Buyut Kloyong Pasti ada Dawet nya.

“Yang menjadi unik Nyadran di Makam Mbah Buyut Kloyong ini ada Dawetnya mas, Dawet yang sudah di Buat Oleh warga kemudian di bawa di Makam, kemudian kita tebar (sawur sawurkan, Red Jawa) dan kemudian di rebutkan oleh warga di bungkus dan di bawa pulang, Pungkas Kades.

Dawet sendiri menurut orang Jawa merupakan minuman yang terbuat dari tepung beras dan santan dengan bentuk panjang dan rasanya kenyal gurih, selain sebagai pelepas Dahaga, Dawet ini juga sebagai pemersatu bangsa, yang mana Dawet pernah menjadi minuman Kekuatan di saat Peperangan Di Jaman Kerajaan Majapahit.

SEJARAH DAWET DI JAMAN KERAJAAN

Di akhir kejayaan Kerajaan Majapahit, raja berkeinginan mempersunting adik seorang penguasa daerah, Warok Suromenggolo, demi memperluas kekuasaan di Desa Jabung, Jawa Timur. Warok Suromenggolo pun menyetujuinya, dengan syarat bahwa sang raja harus mengalahkannya terlebih dahulu.

Di saat tak berdaya melawan pasukan Majapahit yang kuat, ia diberi minuman dari seorang penjual dawet yang ada di Desa Jabung. Tak disangka, tenaga Warok Sumenggolo seakan kembali lagi hingga akhirnya memenangkan perang tersebut.

Gondrong

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *